Ingat teori lempeng tektonik, ingat pak Alfred Wegener ini dong… sang jenius yang pada 1912 mengutarakan ide radikal bahwa benua-benua yang segede gaban itu ternyata bergerak! Idenya disumpahi banyak ilmuwan waktu itu sebagai ide yang “aneh” “konyol” “tidak ada mekanismenya” “impossible” tapi toh sekarang teorinya lah yang mendasari semua analisis di bidang geologi. Mau tahu dong kisahnya? Ini dia J
Lagi-lagi Bukan Geologis
Pak Wegener lahir di Berlin pada 1 November 1880. Masa kecilnya dilalui dengan bersekolah diKöllnische Gymnasium , Berlin , Jerman. Lulus sekolah, beliau melanjutkan studi ke Humboldt University di Berlin dan mendalami bidang fisika, astronomi, dan meteorologi. Tuh kan … lagi-lagi penemu teori geologi yang hebat bukanlah ahli geologi (-,-)… bahkan beliau mendapatkan Ph.D dalam bidang astronomi! Namun, cintanya tetap pada bidang meteorologi dan klimatologi. Beliaulah yang mempelopori penggunaan balon cuaca dan juga menulis buku The Thermodynamics of the Atmosphere yang menjadi textbook standar mahasiswa meteorologi waktu itu.
Ide “Gila” Itupun Muncul
Pak Alfred Wagener pertama kali mendapatkan pencerahan setelah memperhatikan bahwa bentuk-bentuk benua itu mirip puzzle banget. Tepi Benua Amerika pas banget dengan Afrika dan Eropa.Antartika , Australia , India , dan Madagaskar bisa disatukan di ujung Afrika bagian Selatan. Melangkah lebih jauh, beliau mulai memeriksa jenis batuan, struktur geologi dan fossil di tepian benua-benua tersebut dan menemukan kesamaan yang begitu mengezutkan!
Mulai 1912, Pak Wegener memperjuangkan teori “pergerakan benua” alias “continental drift”, dengan argumen dulunya semua benua menjadi satu, lalu saling bergerak menjauh. Beliau juga mengusulkan adanya “pemekaran dasar samudera (sea floor spreading)” yang dimulai di pematang tengah samudera (mid oceanic ridge). Akhirnya, terbitlah buku Origin of Continents and Oceans (Die Entstehung der Kontinente und Ozeane) pada 1915 yang juga pertama kali memuat istilah “Pangaea”.
Impossible!
Banyak sekali bukti yang mendukung teori Continental Drift ini, namun sayangnya Pak Wagener gagal menjelaskan kok bisa sih benua yang supergede itu bergerak. Dengan kata lain, penjelasan tentang mekanisme Continental Drift kurang memuaskan! Alhasil, hanya sedikit ilmuwan yang percaya; kebanyakan memandang ide ini dengan skeptis. Seorang ahli geologi dari Leipziger menolak teori Pak Wagener karena menurutnya kerak samudera terlalu rapuh sehingga impossiblelah benua-benua pada “berenang” melewatinya. G.G. Simpson, ahli geologi nomor satu dunia saat itu, menulis bantahan teori tersebut (pak Simpson sendiri kukuh pada teori permanentisme) sampai-sampai beberapa negara yang awalnya agak menerima teori Continental Drift berbalik 180 derajat menjadi menentangnya! Ini sedemikian parahnya sampai-sampai Asosiasi Geologis Perminyakan AS (American Association of Petroleum Geologist) mengadakan seminar khusus untuk melawan hipotesis pergerakan benua. Kasihan sekali ya… T.T
Pak Alfred Wagener pertama kali mendapatkan pencerahan setelah memperhatikan bahwa bentuk-bentuk benua itu mirip puzzle banget. Tepi Benua Amerika pas banget dengan Afrika dan Eropa.
Mulai 1912, Pak Wegener memperjuangkan teori “pergerakan benua” alias “continental drift”, dengan argumen dulunya semua benua menjadi satu, lalu saling bergerak menjauh. Beliau juga mengusulkan adanya “pemekaran dasar samudera (sea floor spreading)” yang dimulai di pematang tengah samudera (mid oceanic ridge). Akhirnya, terbitlah buku Origin of Continents and Oceans (Die Entstehung der Kontinente und Ozeane) pada 1915 yang juga pertama kali memuat istilah “Pangaea”.
Impossible!
Banyak sekali bukti yang mendukung teori Continental Drift ini, namun sayangnya Pak Wagener gagal menjelaskan kok bisa sih benua yang supergede itu bergerak. Dengan kata lain, penjelasan tentang mekanisme Continental Drift kurang memuaskan! Alhasil, hanya sedikit ilmuwan yang percaya; kebanyakan memandang ide ini dengan skeptis. Seorang ahli geologi dari Leipziger menolak teori Pak Wagener karena menurutnya kerak samudera terlalu rapuh sehingga impossiblelah benua-benua pada “berenang” melewatinya. G.G. Simpson, ahli geologi nomor satu dunia saat itu, menulis bantahan teori tersebut (pak Simpson sendiri kukuh pada teori permanentisme) sampai-sampai beberapa negara yang awalnya agak menerima teori Continental Drift berbalik 180 derajat menjadi menentangnya! Ini sedemikian parahnya sampai-sampai Asosiasi Geologis Perminyakan AS (American Association of Petroleum Geologist) mengadakan seminar khusus untuk melawan hipotesis pergerakan benua. Kasihan sekali ya… T.T
Dunia Butuh 35 Tahun untuk Paham
20 tahun berlalu sejak wafatnya Pak Wagener, barulah dunia geologi mulai sadar bahwa teorinya memang benar. Pada awal 1950-an, bidang paleomagnetisme menemukan data yang mendukung teori Pak Wegener. Penelitian geologi diIndia pada 1953 menyimpulkan bahwa India dulunya ada di BBS, persis seperti yang beliau prediksi 20 tahun silam. Finally, ketika dunia sudah paham betul tentang teori ini pada 1960, Pak Alfred Wegener dinobatkan sebagai salah satu bapak revolusi sains abad 20.
20 tahun berlalu sejak wafatnya Pak Wagener, barulah dunia geologi mulai sadar bahwa teorinya memang benar. Pada awal 1950-an, bidang paleomagnetisme menemukan data yang mendukung teori Pak Wegener. Penelitian geologi di
Nasib Pak Wegener sama persis dengan Pak Gregor Mendel, penemu teori genetika yang juga baru diakui teorinya lama setelah kepergiannya dari dunia. Tapi kini, Pak Wagener sangat-sangat dihormati dunia kebumian; Persatuan Kebumian Eropa bahkan memberikan penghargaan “Medali Alfred Wegener” untuk ilmuwan-ilmuwan di seluruh dunia yang membuat pencapaian spektakuler pada studi atmosfer, studi hidrologi dan studi kelautan.
Nah, apakah salah satu medali itu akan menjadi milik ilmuwan Indonesia ?
Semoga saja! J
sumber: http://www.toiki.or.id/