Kamis, 25 Desember 2014

Sir Alfred Wegener: Sang Jenius yang Melampaui Masanya

Ingat teori lempeng tektonik, ingat pak Alfred Wegener ini dong… sang jenius yang pada 1912 mengutarakan ide radikal bahwa benua-benua yang segede gaban itu ternyata bergerak! Idenya disumpahi banyak ilmuwan waktu itu sebagai ide yang “aneh” “konyol” “tidak ada mekanismenya” “impossible” tapi toh sekarang teorinya lah yang mendasari semua analisis di bidang geologi. Mau tahu dong kisahnya? Ini dia J


Photobucket


Lagi-lagi Bukan Geologis
Pak Wegener lahir di Berlin pada 1 November 1880. Masa kecilnya dilalui dengan bersekolah diKöllnische GymnasiumBerlin, Jerman. Lulus sekolah, beliau melanjutkan studi ke Humboldt University di Berlin dan mendalami bidang fisika, astronomi, dan meteorologi. Tuh kan… lagi-lagi penemu teori geologi yang hebat bukanlah ahli geologi (-,-)… bahkan beliau mendapatkan Ph.D dalam bidang astronomi! Namun, cintanya tetap pada bidang meteorologi dan klimatologi. Beliaulah yang mempelopori penggunaan balon cuaca dan juga menulis buku The Thermodynamics of the Atmosphere yang menjadi textbook standar mahasiswa meteorologi waktu itu.
Ide “Gila” Itupun Muncul
Pak Alfred Wagener pertama kali mendapatkan pencerahan setelah memperhatikan bahwa bentuk-bentuk benua itu mirip puzzle banget. Tepi Benua Amerika pas banget dengan Afrika dan Eropa.AntartikaAustraliaIndia, dan Madagaskar bisa disatukan di ujung Afrika bagian Selatan. Melangkah lebih jauh, beliau mulai memeriksa jenis batuan, struktur geologi dan fossil di tepian benua-benua tersebut dan menemukan kesamaan yang begitu mengezutkan!

Mulai 1912, Pak Wegener memperjuangkan teori “pergerakan benua” alias “continental drift”, dengan argumen dulunya semua benua menjadi satu, lalu saling bergerak menjauh. Beliau juga mengusulkan adanya “pemekaran dasar samudera (sea floor spreading)” yang dimulai di pematang tengah samudera (mid oceanic ridge). Akhirnya, terbitlah buku Origin of Continents and Oceans (Die Entstehung der Kontinente und Ozeane) pada 1915 yang juga pertama kali memuat istilah “Pangaea”. 

Impossible!


Banyak sekali bukti yang mendukung teori Continental Drift ini, namun sayangnya Pak Wagener gagal menjelaskan kok bisa sih benua yang supergede itu bergerak. Dengan kata lain, penjelasan tentang mekanisme Continental Drift kurang memuaskan! Alhasil, hanya sedikit ilmuwan yang percaya; kebanyakan memandang ide ini dengan skeptis. Seorang ahli geologi dari Leipziger menolak teori Pak Wagener karena menurutnya kerak samudera terlalu rapuh sehingga impossiblelah benua-benua pada “berenang” melewatinya. G.G. Simpson, ahli geologi nomor satu dunia saat itu, menulis bantahan teori tersebut (pak Simpson sendiri kukuh pada teori permanentisme) sampai-sampai beberapa negara yang awalnya agak menerima teori Continental Drift berbalik 180 derajat menjadi menentangnya! Ini sedemikian parahnya sampai-sampai Asosiasi Geologis Perminyakan AS (American Association of Petroleum Geologist) mengadakan seminar khusus untuk melawan hipotesis pergerakan benua. Kasihan sekali ya… T.T
Dunia Butuh 35 Tahun untuk Paham


20 tahun berlalu sejak wafatnya Pak Wagener, barulah dunia geologi mulai sadar bahwa teorinya memang benar. Pada awal 1950-an, bidang paleomagnetisme menemukan data yang mendukung teori Pak Wegener. Penelitian geologi di India pada 1953 menyimpulkan bahwa India dulunya ada di BBS, persis seperti yang beliau prediksi 20 tahun silam. Finally, ketika dunia sudah paham betul tentang teori ini pada 1960, Pak Alfred Wegener dinobatkan sebagai salah satu bapak revolusi sains abad 20.  


Nasib Pak Wegener sama persis dengan Pak Gregor Mendel, penemu teori genetika yang juga baru diakui teorinya lama setelah kepergiannya dari dunia. Tapi kini, Pak Wagener sangat-sangat dihormati dunia kebumian; Persatuan Kebumian Eropa bahkan memberikan penghargaan “Medali Alfred Wegener” untuk ilmuwan-ilmuwan di seluruh dunia yang membuat pencapaian spektakuler pada studi atmosfer, studi hidrologi dan studi kelautan.

 Nah, apakah salah satu medali itu akan menjadi milik ilmuwan Indonesia
Semoga saja! J


sumber: http://www.toiki.or.id/

Selasa, 16 Desember 2014

STRUKTUR BUMI


Struktur Bumi



Secara keseluruhan, bumi terbagi menjadi empat aspek yaitu; atmosphere (udara), hydrosphere (air), lithosphere (batuan solid) dan biosphere (kehidupan organik).
Disini saya hanya akan menjabarkan sedikit tentang lithosphere saja, karena berhubungan dengan batuan.
Lithosphere adalah akumulasi masa dari batuan-batuan padat yang membentuk selubung yang mengelilingi bagian cair bumi yang panas (magma). Lithosphere terdiri dari komponen primer seperti;
1. Minerals, segala bentuk komponen kimia yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia. Seperti silika (SIO2) atau kalsium karbonat (CaCO3).
2. Batuan, secara alami terbentuk, materi mineral terkonsolidasi dan terkompaksi.Batuan bisa terdiri dari hanya satu macam mineral saja (Contohnya; Salt) atau terdiri dari berbagai mineral (Contohnya;sandstone).
3. Fluida, komponen paling banyak adalah air (lebih dari 90%), gas dan hydrocarbon.
Ketebalan lithosphere bervariasi, dari sekitar 65 km sampai 100 km, dan terdiri dari batuan silika-magnesium (SIMA) dan silik-aluminium (SIAL). Lithosphere mempunyai nilai Specific Gravity (SG) 2.7 sampai 3.
Crust adalah bagian paling atas dari lithosphere dan membentuk lempeng benua dan lempeng samudera. Fluida seperti air, minyak dan gas berada pada lempeng-lempeng ini. Ketebalan crust bervariasi mulai dari 5 km sampai 60 km. Terdiri dari batuan dan mineral berbagai tipe. Klasifikasi dasar dari batuan berdasarkan asal usul terbentuknya terdiri dari tiga macam batuan, yaitu;
1. Igneous Rock (Batuan Beku), terkristalisasi dari bekuan magma.
2. Sedimentary (Batuan Sediment), endapan dari hasil pengikisan batuan permukaan.
3. Metamorphic (Batuan Ubahan), hasil dari alterasi batuan dan mineral lain.
Crust, selagi dalam bentuk solidnya bersifat mobile dan mengapung diatas cairan magma. Menurut teori tektonik lempeng, terjadi arus konveksi dibawah lapisan crust ini memaksa magma (batuan panas/cair, yang bergerak plastis) untuk bergerak keatas. Pada titik-titik tertentu (biasanya pada mid-ocean) magma membentuk celah/palung dan menerobos ke permukaan. Hal ini akan menyebabkan lempeng saling bergerak menjauh atau saling bertabrakan secara gradual. Jika pergerakan ini terjadi dengan tiba-tiba, terjadilah gempa.
Continental Crust
Dari gambar disamping, dapat dilihat bahwa pergerakan konveksi dari magma menyebabkan terjadinya mid-ocean ridge pada lempeng samudra dan rift valley pada lempeng benua. Kedua lempeng ini bergerak saling mendekat dan bertubrukan (subduction zone). Karena massa dari lempeng samudra lebih kecil dari massa lempeng benua, pada subduction zone ini lempeng samudra akan menyusup kebawah dan meleleh (melting). Siklus ini akan terus berulang.
Plate
Disamping adalah gambar dari lempeng-lempeng yang mengapung bergerak saling menjauh dan mendekat saat ini dibumi kita tercinta ini.
Mantel,Dibawah lithosphere penelitian semakin sulit dilakukan. Lapisan ini dikenal juga sebagai lapisan Pyrosphere, ketebalannya diperkirakan 2900 km. Terdiri dari besi dan mineral SIMA. Density sekitar 3.5 SG, dan suhu rata-rata sekitar 2000 deg Celcius. Tekanan dari lapisan diatasnya membuat lapisan ini selalu dalam kondisi solid, tapi tetap bisa melelehkan batuan. Lapisan mantle paling luar sekitar 200 km dinamai dengan asthenosphere. Pada lapisan ini tekanan dan suhu berada pada kondisi berimbang sehingga lapisan ini bersifat plastis. Asthenosphere merupakan sumber dari aktivitas volkanik dan seismik (gempa).
Coreinti bumi berukuran diameter 7000 km dan terdiri dari besi dan nikel. Lapisan paling luar (tebal 2200 km) merupakan liquid atau cairan. Lapisan terdalam bersifat solid atau padat, dengan density sekitar 10.5 SG dan suhunya lebih dari 5000 deg celcius. Menurut teori, perputaran bumi pada porosnya (rotasi) menyebabkan terjadinya arus sirkulasi pada bagian cair inti bumi. Sirkulasi ini merupakan sumber dari medan magnet yang menyelimuti bumi.
General Data
  • Average Density sekitar 5.5 SG
  • Suhu bumi meningkat seiring dengan kedalaman bumi, rata-rata 1 deg celcius per 30 m pada batuan sedimen. Ini disebut sebagai Geothermal Gradient. Pada daerah vulkanik gradiennya sekitar 1 deg celcius per 10 m. Pada daerah granite tua (basement rock) gradiennya sekitar 1 deg celcius per 80 m.
  • Perkiraan usia bumi sekitar 4.600.000.000 tahun (menggunakan metoda dating radioaktif).
Sumber: http://pr4s.wordpress.com/

Jumat, 12 Desember 2014

Pengantar

Dear Pak Rahmat......

Kami, dari tim olimpiade SMAN 5 Bekasi bidang kebumian mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingannya sehingga kami bisa berhasil. 
Ini ada sedikit kenang-kenangan dari kita, salam sayang dari kami.
Doakan  kami ya pak, semoga kami bisa lulus UN dan masuk PTN dan jurusan yang kami inginkan, aamiin


Tim OSK Kebumian SMAN 5 Bekasi 2013